Minggu, 25 November 2012

Cara Jalak Bali Berkembang Biak

Jalak Bali biasanya berkembang biak bersamaan dengan musim hujan. Karena pada musim tersebut tersedia banyak pakan alam di habitatnya dan juga suhu serta kelembabannya dimungkinkan cukup ideal dalam keberhasilan penetasan telur. Ada 3 asumsi masa kembang biak menurut para ahli:
                                                                        
1.Jalak Bali melakukan perkawinan dalam bulan Oktober-Januari (Alikodra,1979).
2.Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)berkembang biak pada bulan Januari-Juli, cenderung lebih dipengaruhi oleh musim hujan (Suryawan, 1995)
3.Periode kembang biak Jalak Bali dimulai sejak musim penghujan, yaitu berkisar bulan Januari-Maret (Natawira, 1978).

Membuat sangkar. Pembuatan sarang akan dilakukan oleh si jantan dan betina yang disusun pada dasar lubang. Lubang sarang biasanya akan menempati bekas sarang yang dibuat oleh jenis burung Pelatuk atau Bultok dan atau lubang alami pada batang pohon. Bahan yang digunakan untuk membuat sarang antara lain daun-daunan, rumput kering, ranting, dan bulu burung. Jenis pohon yang umum ditempati oleh Jalak Bali untuk berkembang biak adalah pohon Talok, Walikukun, Laban dan Klumprit.

Makanan. Di alam bebas, pakan alam yang dikonsumsi oleh Jalak Bali dalam meniti hidup liarnya, antara lain, untuk jenis pakan berkategori hewani: Semut, telor semut, belalang, jangkrik, ulat, kupu-kupu, rayap, dan serangga tanah. Untuk pakan berkategori nabati: kerasi, bekul, intaran, daging buah kepuh, talok, trenggulun, buni, kalak, ciplukan dan kelayu.

cara sederhana ternak kenari

Cara Ternak Kenari lanjutan, tahap ke tiga dalam cara ternak kenari lanjutan adalah proses penjodohan, nah monggo di simak : artikel ini adalah lanjutan dari cara ternak kenari yang pertama, nah untuk

 tahap ke tiga cara ternak kenari penjodohan kenari :
tahap ke empat dalam cara ternak kenari adalah cara ternaknya

dalam thap ke emapt dalam cara ternak kenari ini adalah tinggal nungu si betina bertelur (karena tadi udah di kawin ma pejantanya), nah hal hal yang perlu adnda perhatikan adalah sarangnya jika sarangnya kotor ya harus di bersihkan, kemudian rutin periksa pakan, nah cukup segitu saja semoga bermanfaat
dalam tahap proses  penjodohan akan di butuhkan sepasang kenari yaitu jantan dan betina saat Proses penjodohan yaitu saat kenari jantan dan betina di tempatkan pada sangkar yang berbeda, dan kedua sangkar tersebut ditempatkan saling berdekatan. jika kenari jantan kira kira ngoceh trus dan seakan akan mau melabrak si betina dan si betinanya pun mengleper ngelperkan sayapnya pertanda jika kenari tersebut jodoh, dan bisa di campur dalam satu kandang nah untuk catatan saja JANGAN LANGSUNG DI CAMPUR DALAM SATU KANDANG KENARI JANTAN DAN BETINANNYA, jika belum jodoh langsung dimasukan ke dalam satu sangkar akibatnya kedua kenari tersebut bisa berantem. Apabila terjadi perkelahian diantara keduanya dan salah satu kenari ada yang kalah maka waktu penjodohan akan lama lagi, terutama jika yang kalah kenari jantan proses penjodohan semakin lama karena anda harus mengkondisikan si jantan agar berani mendekati betinanya.




Minggu, 11 November 2012

Menangkarkan Cucak Rawa dan Jalak Bali, Modal Usaha Pasti Kembali

mokhtar dan jalak bali mudanya Kabar tentang Jalak Bali (Lencopsar rothcshildi ) yang berstatus sebagai Satwa Dilindungi, dan Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus) yang berstatus rentan (vulnerable) memang belum menunjukkan perkembangan positif. Khusus Jalak Bali, bahkan isu yang berkembang di habitat aslinya ( Taman Nasional Bali Barat), populasi spesies burung ini, hanya tinggal 180 ekor saja. 
Proses penangkapan, perburuan, sampai deforestasi, dituding menjadi biang punahnya Icon Pulau Bali ini. Setali tiga uang dengan cucak rawa, yang tinggal selangkah lagi, jika kondisinya makin memburuk, bakal masuk ke kondisi Satwa dilindungi.
Dalam dimensi yang hampir sama, khususnya bagi Burung Cucak Rawa, menguatkan tekad Mochtar Djawadi (Penangkar Burung Cucak Rawa dan Jalak Bali), di Medio 2000-an memulai usaha penangkaran Burung Cucak Rawanya, jauh sebelum dia juga mengupayakan penangkaran Jalak Bali, setahun yang lalu, di rumahnya dikawasan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.
Hanya saja, idenya tersebut berangkat dari kian sulit menjumpai burung tersebut di Pasar Burung Pramuka. “Tahun 80-an mungkin masih bisa kita jumpai ratusan burung Cucak Rawa diperdagangkan. Sementara sekarang, mungkin tidak sampai puluhan,” buka pemilik BK Bird Farm ini, kepada beritaburung.com.
Bikin Penangkaran Menguntungkan
Karena semakin sulitnya menemukan dua jenis burung ini di pasaran, ditambah makin tingginya jumlah permintaan, bikin harga  maupun keuntungan yang diperoleh jika berhasil menangkarkannya jadi menggiurkan. Ini menjadi pertimbangan baginya untuk memulai. Sebagai gambaran, di pasaran sepasang burung Cucak Rawa, umur satu bulan (bisa makan sendiri), harganya bisa mencapai Rp 5 juta/pasang.
Sementara, Burung Jalak Bali (bersertifikat), biasa “dipinjamkannya” ke pembeli, dengan harga Rp 12,5 Juta/pasang umur seminggu. Sebagai hitungan kasar, perawatan burung baik Jalak Bali maupun Cucak Rawa, cost sepasang/ perbulannya hanya, Rp 100.000. Sehingga jika seorang pemula memiliki 10 pasang burung, dan lantas beranak sepasang, sudah mampu menutup cost ke sepuluh pasang burung tersebut per bulannya.
Memang, Jalak Bali paling banyak dicari. Harganya pun relatif lebih mahal. Hanya memang kendalanya, bagi burung ini mesti memiliki sertifikat. “Semacam BPKB lah,” urai lelaki kelahiran tahun 1955 ini.
Cucak Rawa Lebih Sulit Dari Jalak Bali
Berternak Cucak Rawa, penangananannya menurut Mochtar jauh lebih sulit, ketimbang menangkarkan Jalak Bali. Kecuali hanya induknya yang lebih mudah ditemui ketimbang Jalak Bali. Jenis Cucak Rawa ternyata lebih sensitif, ketimbang Jalak Bali. Sensitifitasnya bahkan, membuat penangkarnya mesti membedakan antara kandang Cucak Rawa dengan Jalak Bali.
Pada kandang Cucak Rawa, kondisi mesti tertutup. Berbeda dengan jalak Bali. Namun, kendati kandang Cucak Rawa mesti tertutup, tetap harus sehat baik ventilasi maupun kecukupan sinar matahari (terkena sinar matahari langsung selama dua jam sehari). Di musim bertelur misalnya, sensitivitas Cucak Rawa bisa bertambah. Burung ini bisa menunda waktu bertelurnya beberapa bulan, jika sempat kaget atau stress sebentar saja. “Melihat tikus lewat saja, bisa membuat burung ini stress,” urainya.
Dia juga mengaku menambahkan beberapa tetumbuhan di dalam kandang penangkaran Cucak Rawa, agar situasi alami juga tercipta. Selain itu, kemudahan membersihkannya tetap diutamakan demi menjaga privasi burung.
Potensi Pasar Memang  Besar
Apa yang disampaikan oleh Mochtar  sangat beralasan. Dari berbagai literature misalnya, burung yang banyak hidup di kawasan hutan sekunder, berbatasan dengan sungai atau rawa-rawa ini, sering kali hanya terdengar suara khasnya, mengoceh di balik rimbunnya pepohonan rawa, atau sungai Pulau Jawa dan Sumatera. Suaranya sangat khas, nyaring, konstan dan bertalu-talu.
Saat ini, order dari pasaran, khusus Cucak Rawa, sebulannya bisa mencapai ratusan ekor. Sementara, kemampuan produksinya sebulan hanya mencapai puluhan ekor. Diakuinya, disamping membeli dalam jumlah sepasang, karena kebanyakan bakal mencoba menernakkannya, pihaknya juga menerapkan daftar tunggu (waiting list) bagi pembeli.
Kebanyakan orang lebih suka mencari burung cucak rawa ke penangkarnya. Karena akan memperoleh informasi mengenai asal-usul, cara berternak, sekaligus bisa berkonsultasi membesarkan burung tersebut. Berternak, hanya perlu ketekunan dan mesti diurus secara full time. Oleh karena itu, peran dari keluarga memang amat penting, keluarga mesti juga membantu kegiatan berternak.
Dicontohkannya, agar tidak terpengaruh dengan mood dari indukan, baik Jalak Bali maupun Cucak Rawa, saat umur lima hari anakannya mesti dimasukkan ke inkubator. Pada fase ini, pentingnya peran dan dukungan keluarga, karena setiap jam, semenjak pukul 6 pagi, hingga pukul 8 malam, seekor anakan mesti terus diberi makan. Makanan bagi indukan, bisa berupa kroto atau jangkrik.
Demikian pula bagi anakan, pemberian pakan jangkrik tidak bisa sembarangan, mesti dipotong dan diambil bagian lunak tubuhnya saja. Kroto, mesti disajikan dalam kondisi segar. Supaya layak diberikan maka dia memesan kroto langsung kepada para pencarinya. Sebab, jika mengandalkan supplier, biasanya kroto sudah tidak lagi segar.
Dalam menjalankan penangkarannya, Mochtar dibantu oleh dua orang. Diakuinya, untuk pekerjaan tidaklah berat. “Hanya perlu ketelatenan, kok  rasanya itu yang sulit,” kata PNS yang hobi berternak apa saja ini.
Topang Kebutuhan Keluarga
Dari dulu hingga kini, sudah ribuan anakan Cucak Rawa yang sudah terjual. Bahkan, ada yang dari satu pasang indukan sudah lebih 100kali bertelur. “Jadi kalau sekarang jumlah kira-kira yang sudah beredar, cucak rawa mendekati 1000 ekor,” kata Mochtar. Baik jalak bali maupun Cucak rawa, setahun bisa bertelur hingga 12 kali. Biasanya, Cucak Rawa sekali bertelur tidak lebih dari dua butir. Sementara Jalak Bali, sekali bertelur tidak lebih dari tiga butir.
Sejauh ini, hasil yang diperoleh PNS yang tengah memasuki masa pensiun ini dari hasil menangkarkan Cucak Rawa dan Jalak Bali, bisa menyekolahkan tiga orang anaknya di perguruan tinggi. Dua orang diantaranya sudah menjadi sarjana.
Disamping itu, penangkaran diakuinya sudah bisa menunjang kebutuhan perekonomian sehari-harinya. Obsesi ke depannya, ingin agar Burung Jalak Bali maupun Cucak Rawa jadi tuan rumah di negeri sendiri. “Saya ingin, anak cucu kita nanti bisa melihat jalak bali, yang jadi kebanggan bangsa Indonesia,”urai lelaki asal Jogja ini.
Dia juga berharap agar Jalak Bali bisa ditangkarkan secara massal, masyarakat diharapkannya bisa distimulan untuk menangkarkannya, dia yakin nama Indonesia bisa terangkat dengan Jalak Bali dan Cucak Rawa. Obsesi lainnya, Mochtar mengaku ingin pergi ke tanah suci, berbekal penghasilannya dari menangkarkan burung. “Kalau bisa ingin sesegera mungkin berangkat haji dari burung,” urainya.
Kiat Sukses
Dia juga menyelipkan kiat suksesnya jadi penangkar burung, “berikan yang dapat diberikan kepada burung, pasti burung akan memberi yang kita inginkan,” urainya. Disamping itu, mesti bisa meyakinkan pada keluarga bahwa menangkar adalah pekerjaan mulia yang bakal memberi sumbangan positif bagi kehidupan keluarga, sehingga konsistensi pemeliharaan burung pun bisa tetap terjaga.
Cerita sulit yang pernah dialami, ternyata merawat anak burung hasil tetasan sangat sulit, karena kondisinya masih sangat halus dan lemah. Kendati demikian, asyiknya pembeli sudah mengantri, bahkan biasanya sudah membayar dimuka. Namun kendati sudah dibayar, terkadang ternyata anakannya mati. “Ini yang tidak enak,” imbuhnya. (A5)
Indukan jalak Bali
Anakan Jalak Bali umur beberapa minggu
Jalak Bali muda